Puan Maharani Pakai Kebaya Kartini dan Batik Gentongan pada Upacara Kemerdekaan RI
Upacara Kemerdekaan RI di Istana Negara dihadiri oleh tamu-tamu negara yang mengenakan beragam pakaian adat.
Ketua DPR RI Puan Maharani memilih memakai kebaya saat hadir di halaman Istana, Rabu, 17 Agustus 2022.
Kebaya tersebut dibuat khusus oleh Didiet Maulana, desainer Svarna by Ikat Indonesia.
Didiet Maulana mengunggah tampilan utuh kebaya biru muda berbahan brokat tersebut beserta keterangan tentang makna di baliknya.
Menurut dia, konsep pakaian adat tersebut adalah kebaya Kartini.
Dia memadukannya dengan selendang merah tua yang dipasang menyilang serta bros bunga anggrek bernuansa emas.
“Konsep Kebaya Kartini dengan kain batik tulis Jawa Timur yang dibuat di Tanjung Bumi dengan waktu pembuatan 1 tahun,” tulis Didiet di unggahannya.
Dia menjelaskan, kebaya tersebut dibuat dengan kerah V, seperti kebaya yang sering dikenakan Kartini semasa hidupnya.
Itu sebabnya kebaya ini disebut dengan kebaya Kartini.
Dia menambahkan aksen kancing bulat yang berjejer rapatdi bagian depan.
Meski sering digunakan Kartini, kebaya ini telah diadaptasi di beberapa daerah lain di Indonesia.
Tentang batiknya, Didiet mengatakan bahwa kain itu disebut dengan batik tulis gentongan karena karena setelah dibatik lalu direndam dalam gentong selama 40 hari.
Batik berwarna merah itu memiliki motif floral biru.
Butuh waktu setahun untuk membuat satu kain ini.
“Kain Batik Gentongan yang dibuat 1 tahun memberikan makna bahwa dalam hidup semua sebaikany berproses.
Kain ini dibuat oleh pembatik Tanjung Bumi penuh makna dan kasih,” Didiet melanjutkan.
Untuk penampilannya di Hari Kemerdekaan, Puan Maharani mempercayakan rias wajahnya pada makeup artist Bubah Alfian.
Bubah membuat tampilan makeup natural dengan lipstik merah muda.
Sementara rambutnya disanggul dengan belahan tengah di depan.
Sehari sebelumnya, Puan Maharani mengenakan kebaya kutubaru untuk bicara di depan Sidang Tahunan MPR RI 2022 yang juga dibaut oleh Didiet Maulana.
Kebaya tersebut berwarna terakota, Didiet menyebutnya warna tembikar.
Warna tersebut mengandung makna membumi atau back to roots atau kembali ke akar.
Kebaya tersebut dipadukan dengan batik tulis motif Semen Romo.
Menurut Didiet, motif ini menggambarkan kehidupan yang bersemi, kehidupan yang berkembang dan sejahtera, juga sebuah pengharapan dan doa untuk kehidupan yang makmur.
“Motif ini sering dikaitkan dengan cerita Ramayana dengan ajaran kepemimpinan Hastha Brata (8 jalan ajaran utama), di antaranya sikap semangat, penuh kasih, bertanggung jawab berpengetahuan luas, berwibawa, adil, melindungi rakyat dan mengendalikan diri.
Sebuah ajaran kepemimpinan untuk diri sendiri dan masyarakat,” kata Didiet tentang batik yang dikenakan Puan Maharani.