Kutipan Wisata

Berbagai Artikel Baru

Alasan Sultan HB X Ingin Penanaman Kopi Gencar di Lereng Merapi

Raja Keraton yang juga Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mendorong para petani menggencarkan dan meningkatkan profuktivitas penanaman kopi di lereng Gunung Merapi.

Seruan itu menyusul turunnya hibah 50 ribu batang tanaman kopi Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI kepada 20 kelompok tani di lereng Merapi meliputi Kecamatan Cangkringan, Turi, dan Pakem, Kabupaten Sleman.

“Menanam kopi jangan hanya jadi tambahan penghasilan, tapi jadikan sebagai pekerjaan utama,” kata Sultan saat menyambangi Cangkringan Sleman Yogyakarta, Sabtu, 24 September 2022.

Sultan Hamengku Buwono X menuturkan ada beberapa faktor positif jika aktivitas menanam kopi di lereng Merapi jadi prioritas.

Pertama tanaman itu pasti akan lebih dirawat seperti halnya petani menanam padi untuk sumber pendapatan utama.

Yang kedua, menjaga ekosistem alam Merapi lebih lestari dan mengantisipasi penambangan liar yang belakangan marak terjadi.

“Pada hakikatnya gunung seharusnya kembali ke gunung, bukan untuk aktivitas penambangan pasir,” kata Sultan.

Sultan mendorong agar tanah Sultan Ground dan lahan-lahan kosong di kawasan lereng Gunung Merapi dimanfaatkan untuk membudidayakan kopi.

“Lebih baik ditanami kopi sehingga menjadi solusi untuk meningkatkan pendapatan warga sekitar,” ujarnya.

Hibah 50 ribu batang tanaman kopi tersebut akan ditanamkan pada lahan seluas 50 hektare lahan di tiga kecamatan lereng Merapi.

Hal ini sebagai satu upaya penciptaan lahan hijau di kawasan itu.

“Lima puluh hektare ini sudah kami siapkan, semoga dengan tanaman ini kan, tanah lereng Merapi ini tidak digali lagi untuk penambangan,” kata Sultan.

Sultan mengatakan petani bisa melakukan inovasi dengan menanam tanaman selain kopi.

Sebab tanaman kopi biasanya baru bisa dipanen setelah tiga tahun.

“Petani tentu juga membutuhkan penghasilan bulanan, tanaman kopi ini coba diberi jarak satu sama lain agar juga bisa ditanami tanaman lain dengan sistem tumpangsari, misalnya kacang,” kata Sultan.

Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Ditjen Perkebunan Kementan RI Hendratmojo Bagus Hudoro mengatakan produksi kopi secara umum di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan kopi lingkup lokal.

Bagus mengatakan penyerahan bantuan benih kopi di lereng Merapi itu proyeksinya untuk meningkatkan produktivitas kopi nasional.

“Sebab kopi merupakan salah satu dari 16 komoditas unggulan perkebunan,” kata dia.

Meski demikian, Indonesia saat ini masih jauh dari potensi pemenuhan kebutuhan itu.

Sebab saat ini hanya 700 kilogram/hektare per tahun padahal potensinya sampai 2 ton/hektare per tahun.

“Sangat jauh jika dibanding negara penghasil kopi lainnya seperti Brasil dan Vietnam yang menghasilkan 4 ton/hektare per tahun,” kata dia.

Bagus meminta kepada petani untuk tetap menjaga kualitas hasil panen, yakni dengan tidak memanen tanaman kopi yang belum siap.

“Biasanya yang sudah siap panen itu yang berwarna merah.

Namun sering terjadi belum sampai merah sudah dipetik, jadi kualitas hasil panennya tidak stabil karena tanamannya belum siap,” kata dia.

PRIBADI WICAKSONO

Tagged:

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts